Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2018

Teratai

Gambar
Dan masih tersimpan bunga itu meski layu menyergap Tak perlu terlalu harum Tak perlu terlihat mewah Tak perlu menjadi bunga yang indah Pernah suatu ketika saya termangu melihat catatan buku teman saya, ia catat semua komitmen dan keinginan yang ia mulai. Lantas ia berkata, “Cal, kamu tahu kenapa aku catat?”, “karena suatu saat ketika api ini tidak lagi menyala di otak dan hatiku, aku harus membuka lembar terdepan dalam buku ini dan melanjutkan langkahku itu. Bagaimanapun caranya, aku harus bisa mengakhiri apa yang sudah aku mulai”, katanya sambil tersenyum. Adegan itu muncul ketika saya mulai membuka album foto lama saya yang menjadi saksi bisu, ceileeeh. Haha. But completely reminds me something incredible, to have a good friend inside of me . Saat itu adalah musim akhir semester perkuliahan tahun ke-2, pun tahun terakhir di organisasi himpunan. Tahun dimana terasa menyenangkan dan sekaligus berat. Tanggung jawab yang diberikan bukanlah hal yang mudah ternyata...

Teman Kecil

Gambar
Namanya Nizam, kelas 4 SD. Kami bertemu saat aku aku berkeliling salah satu program di Tulungagung. Sama seperti saat di sekolah lain, aku ingin mendekatkan diriku dengan anak-anak sekolah tempat kunjungan. Sampailah aku memperkenalkan diri kepada Nizam dan kawan-kawannya. Suatu ketika, aku mulai mengajak mereka ngobrol tentang aktivitas mereka sehari-hari di rumah. Ada yang ditinggal ibunya menjadi pekerja migran di luar negeri, ada yang orang tuanya masih lengkap di rumah dan sampailah pada Nizam. Ia bercerita bahwa ibunya sudah meninggal sejak ia kecil. Dan sekarang, ada ibu tiri yang merawatnya. Tapi yang selalu ia ingat, ibunya sayang sekali padanya. Dalam hatiku, kasihan sekali anak ini. Tapi setiap orang tentuanya tidak ingin dikasihani. Lantas aku bercerita kepadanya. “Zam, kamu tahu apa yang bisa kamu lakukan untuk ibumu?”, tanyaku. “Apa kak?,” jawabnya dengan pertanyaan pula. “Amalan yang tidak akan putus dan akan menjadi sebuah kebahagiaan untuk ibumu adala...

Lamunan

Gambar
LAMUNAN Aku diam, Tertegun, Sungai panjang dalam diriku terus mengalir hebat Seperti katanya, karena hidup ini indah, Menangis sepuas-puasnya juga indah Saat mencoba tersadar Teringat pada simpul garis lengkung diwajahnya, Nya Tak mungkin tergapai Tapi tetap indah untuk dinikmati Dan diantara beribu manusia, Kita dipertemukan dengan cara yang sederhana Sesederhana sebuah kerumitan Mengapa? Bagaimana bisa? Bagaimana mungkin?

Tanpa Judul

“IBU, jika aku bisa memilih, mana yang harus aku pilih diantara keduanya saat hujan deras begini? Menutup kaca helm ku sehingga penglihatanku tak jelas? Atau membukanya dan membiarkan tajamnya rintik hujan menusuk wajahku? Aku tak suka jika harus memilih satu diantara keadaan yang seperti ini.”           Dari atas motor ia terus berfikir dan memandang ke jalanan luas. Menusuk lelorong lengang membentuk persegi panjang oleh jajaran pohon kelapa hingga menjauh. Ini musim hujan sudah datang lagi dalam kepalanya. Dulu ia mengira cerita nenek buyutnya sebuah lelucon, tentang kedikjayaan sumpah serapah seorang ibu mampu membuat Malin Kundang berubah, terkutuk menjadi batu. Karena nenek bilang, Malin Kundang mungkin saja hanya bercanda atas pilihan yang ia pilih. Membercandai pilihan tentang kehidupan itu tidak lucu bukan? Bagaimana Malin Kundang memilih untuk tidak mengakui ibunya sedangkan ia keluar dari rahimnya? Apakah terlur yang sudah di...