Dari Kediri ke Tulungagung


       Selalu ada yang lucu saat berkunjung ke kota Cethe, Tulungagung. Sudah beberapa bulan ini saya bolak balik Kediri-Tulungagung untuk mengerjakan sebuah acara. Sebenarnya saya sudah sedikit lelah bolak balik karena pikiran saya terkuras karena beberapa orang yang terlibat dalam acara ini susahnya minta ampun ketika diajak bertemu. Tapi ya mau bagaimana lagi, semakin kesini semakin tahu lah apa yang seharusnya saya lakukan. 
       Pagi ini seperti biasa, istri saya menghidangkan secangkir kopi panas. Bukan main, kebiasaan menyeduh kopi di pagi hari sambil merokok adalah kebiasaan yang sulit dihapuskan dari muka bumi ini. Banyak sekali ide yang hadir disaat sebatang rokok itu masuk kedalam bibir saya. Setiap tarikan memiliki makna lebih.

“Yang, kamu punya uang saku untuk berangkat ke Tulungagung?”, tanya istri.

Dengan berlaga sok tentu saja saya menjawab, “tentu ada”. Padahal uang dalam saku tinggal lima ribu rupiah. Ongkos untuk sekali jalan naik bis dari Kediri ke Tulungagung jika naik bis ekonomi, bukan patas. Kalau boleh dibandingkan, jika naik patas pun dengan harga yang lebih mahal, fasilitas yang berbeda hanya kursinya saja yang lebih empuk. Padahal seharusnya kan bisa lebih cepat, tapi ternyata tetap saja akan berhenti lama di pom Ngantru. Tentu dengan prinsip ekonomi saya lebih memilih naik bis ekonomi. Yang jelas ini adalah sebuah alasan. Haha.

“Yang, aku berangkat kalau begitu. Hati-hati di jalan nanti, ya”, sahut istri sambil mengecup tangan saya.
   
Setelah merogoh uang, mencari-cari ternyata memang benar, uang yang tersisa tinggal lima ribu rupiah saja. Semoga di perjalanan bertemu keajaiban-keajaiban. Pikiran konyol saya pun muncul. Berdiri di pinggir jalan besar, menunggu bis seperti menunggu belahan jiwa datang. Ingin cepat dapat tapi juga tak mau yang  asal naik bis penuh. Sampai saatnya bertemu dengan yang pas, tidak sesak di dada. Alamakjaaang, perumpamaan apa ini.
       Sampai mendapatkan bis impian, saya naik dan duduk di pojokan. Dan ternyata saya menemukan teman saya yang notabene mantan kondektur bis duduk di sebelah saya. Kami berbincang sepanjang perjalanan. Yang tadinya niat saya tidur dan menikmati kecepatan bis antar kota antar provinsi yang melambai-lambai, sirna sudah. Tapi tak apa, dibalik itu ada rezeki yang datang. Saat saya sudah masuk Tulungagung, tanpa pertanyaan atau apa saya langsung dipersilahkan turun tanpa dimintai uang. Rezeki anak sholeh. Haha. Yang jelas dan menjadi kemungkinan terbesar adalah karena teman saya tadi. Uang lima ribu tidak jadi lepas dari pelukan saya.
      Setelah sampai di salah satu kantor di kota, saya lantas menghubungi teman-teman saya untuk mendiskusikan beberapa hal. Hingga siangpun kami duduk santai di bawah terik matahari. Seorang ibu tua menghampiri kami dan meminta-minta. Uang dua ribu rupiah saya berikan kepada beliau. Tinggallah tiga ribu yang ada dalam genggaman saya. Sambil menunggu beberapa jam orang yang ingin kami temui, panas dahaga dan perut keroncongan sudah terasa. Teman-teman dan saya memutuskan untuk pergi mencari makan di seberang kantor. Sebelum menyeberang jalan, tiba-tiba ada mobil berhenti dan membukakan kaca jendela mobilnya, sambil bertanya.

“Mas, sudah makan?”, tanya bapak-bapak yang ingin saya temui. 

Dalam hati saya sudah gembira karena mungkin kami akan diajak masuk kantor dan disediakan beberapa makanan yang bisa kami makan. Langsung saja saya menyahut, “belum, pak. Ini kami mau makan di seberang”

“Oalah, belum makan to mas. Saya sudah”, jawab bapak itu dan langsung saja menutup kaca mobilnya dan pergi menjauhi kami. Dalam hati tentu kalian tahu apa yang ada dalam pikiran kami, lucu sekaligus ingin saya berkata kasar. Memang lucu bin ajaib orang-orang disini. 

Komentar

  1. an sudah makan? Makan dulu sana, Kasian jomblo gak ada yg ngingetin

    BalasHapus
    Balasan
    1. An, makan an,... Ada kadal rebus plus sambal bakiak tuh di dapur... Biar kuat...

      Hapus
    2. Ya Allah, maafkan kedua kakak saya ini ya Allah.

      Hapus
  2. Hahaha.. Coba kalo aku di posisi dia. Wooo... Tak bandem hak sepatu kae bapake.. Padahal aku yo g tau gawe sepatu jinjit.. Wkwkw..

    BalasHapus
  3. Wkwkwk yang terakhir bikin kzl, btw suka bacanya :D

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tanpa Judul

Let's go to Pantai Ngalur Tulungagung