Postingan

Menampilkan postingan dari 2018

Maju Mundur, tetep Nulis!

Gambar
Maju Mundur, tetep Nulis! Menulis itu berat kawans. Uhuiiii Kenapa demikian? Well, sebenarnya saya hanya ingin mengapresiasi para penulis yang sudah setia menulis hingga menghasilkan banyak karya, dan masih lanjut menulis meskipun kadang buku yang ditulis tidak seberapa laku di pasaran. Beberapa hari yang lalu saya membaca artikel di salah satu situs kesayangan saya, jualan buku online yang justru dibayar dengan jawaban gratis lho ya! Alamaaaak, sungguh besar kesabaranmu wahai penulis. Awal mulanya, saya membayangkan bagaimana proses sebuah ide itu muncul dalam otak seorang penulis. Bayangkan guys , ide yang brilian itu tidak bisa muncul begitu saja ketika kamu diharuskan menulis suatu hal dalam sekejab. Maksud mu langsung njebubul ngunu guys, yo karepmu kuwi . Penulis yang hebat itu biasanya harus melalui pergumulan batin yang keras dulu sebelum menghasilkan ide ajaib, seperti di medan perang. Sangar kan? Haha. Bagaimana seorang penulis itu menyambung satu demi s...

Hilang!

Gambar
Hilang... Sudah berulang kali ku bilang Hilang... Apa kau akan mencarinya? Hilang... Bukan maksudku untuk demikian Hilang... Lenyap seketika tanpa pernyataan Hilang... Kenapa? Hilang... Bagaimana bisa? Bagaimana bisa jaring yang ku bangun itu hilang dalam sekejap? Hilang... Sudah, lupakan saja!

Kegagalan Saya (Ojo Nggumunan I)

Gambar
Sebut saja tulisan pendek ini semacam tulisan receh untuk penyemangat hari-hari saya. Sebenarnya, akhir-akhir ini begitu banyak hal yang ingin saya tuliskan, tapi terbentur dengan rasa malas. Alamaak, kapan saya bisa menjadi penulis jika rasa malas itu besar sekali. Pusing deh. Lantaran berjejal alasan yang sebenarnya tidak akan menjadi alasan jika sudah menjadi prioritas.  Sudah dulu membahas alasan.  Jadi apa yang ingin saya tulis kali ini? Sebenarnya seminggu terakhir hanya ada rutinitas monoton yang terkadang membuat saya lebih malas dari biasanya. Pagi berangkat kerja, pulang petang, jika sudah keluar dengan teman, sampai kos malam hari. Jangankan mau menulis, mengerjakan tugas kantor saja begitu berat. Tidak punya waktu luang? Aaah semua memang tergantung prioritas. Tapi akhir-akhir ini seperti orang yang tidak punya target, kemana-mana yang terbersit hanya let it flow , oh man! No way! Kali ini, saya akan menulis beberapa kegagalan saya. Bukan berarti menerta...

Dari Kediri ke Tulungagung

Gambar
       Selalu ada yang lucu saat berkunjung ke kota Cethe, Tulungagung. Sudah beberapa bulan ini saya bolak balik Kediri-Tulungagung untuk mengerjakan sebuah acara. Sebenarnya saya sudah sedikit lelah bolak balik karena pikiran saya terkuras karena beberapa orang yang terlibat dalam acara ini susahnya minta ampun ketika diajak bertemu. Tapi ya mau bagaimana lagi, semakin kesini semakin tahu lah apa yang seharusnya saya lakukan.         Pagi ini seperti biasa, istri saya menghidangkan secangkir kopi panas. Bukan main, kebiasaan menyeduh kopi di pagi hari sambil merokok adalah kebiasaan yang sulit dihapuskan dari muka bumi ini. Banyak sekali ide yang hadir disaat sebatang rokok itu masuk kedalam bibir saya. Setiap tarikan memiliki makna lebih. “Yang, kamu punya uang saku untuk berangkat ke Tulungagung?”, tanya istri. Dengan berlaga sok tentu saja saya menjawab, “tentu ada”. Padahal uang dalam saku tinggal lima ribu rupiah. Ongkos u...

Sepulang Kerja

Gambar
Bersama dengan beberapa temannya, Fatih berjalan kaki dari kantor menuju kos nya. Dalih kelelahan karena menumpuknya kerjaan sepanjang hari, Fatih pun mengiyakan ajakan temannya untuk naik angkutan umum, padahal jarak antar kantor dan kosannya hanya sekitar 1 km saja. Fatih duduk di sebelah pintu bagian belakang sambil melihat sekelilingnya. Selalu saja tercium bau jelaga, ia mencoba menutupi hidungnya dengan tangan. Fatih sudah terbiasa dengan bau itu, tapi tetap saja tidak suka. Sementara, seorang ibu menceritakan bahwa baru saja ada yang tercopet di dalam angkutan.   “Hati-hati zaman sekarang, banyak sekali pencopet yang berpura-pura baik kepada calon incarannya,” ucap ibu itu. Dalam hatinya tentu saja Fatih mengamini yang dikatakan ibu itu. Mobil angkutan umum pun melambat dan menepi. Ibu-ibu pembawa berita tadi lantas mencoba turun. Dipandanginya lagi sekeliling. Mata Fatih tertuju pada sekawanan bapak-bapak yang duduk berjejeran di depannya. Sepatu proyek lusuh, celan...

Let's go to Pantai Ngalur Tulungagung

Gambar
Kalau boleh bilang, sebenarnya Tulungagung itu kaya destinasi wisata. Salah satunya adalah deretan pantai selatan yang menghampar luas di balik pegunungan yang ada. Nah, kali ini saya akan bahas soal pantai Ngalur. Salah satu pantai indah yang masih lumayan sepi. Jalur ke pantai ngalur ini sebenarnya searah dengan pantai sanggar dan pantai pathuk gebang. Jadi kalo kamu pengen puasin mantai, kamu bisa ke 3 pantai itu sekaligus. Mantap kan tjoyyy. Pantai sanggar letaknya di pertengahan, dari sanggar, kamu bisa jalan sedikit menuju ngalur, atau jalan sekitar 1,5 jam menuju pathuk gebang. Alamakjaaang, mayan. Hahaa Ini pas jalan setapak, cuman yang agak lebar. Ada yg lebih ciut lagi. Haha Pantai Ngalur sendiri terletak kurang lebih sejauh 25 km dari pusat kota Tulungagung. Pantai ini terletak di kecamatan Tangunggunung desa Jengglungharjo. Adaa 2 jalur sebelum jalur dekat pantai. Setelah sampai jalan terjal arah masuk Jengglungharjo, jalur pertama melewati jalan besar yang menaku...

Cukup bandrek, aku dan kamu

Gambar
Antara Jakarta dan Bandung Ku jinjing tas kecilku Menunggu di pojok stasiun, lama sekali Berharap pangeran bergigi kelinci datang Antara Jakarta dan Bandung Bunga apa yang seharusnya mekar di bulan April?  Aku tak tahu, apa kamu tahu? Berharap bunga berduri ini membuatmu tersenyum Apakah tangkuban perahu selalu ramai? Apakah selalu semua orang datang laiknya semut bergerombolan? Apakah pak tukang bandrek juga datang sebelum mereka? Apakah hujan ini sengaja datang untuk menghangatkan kita? Enaaaak, bandrek sedap menghangatkan tubuh Pak, berapa yang harus kubayar untuk satu gelas yang kami minum berdua?  Cukup delapan ribu Ah, tidak bisa semurah itu pak! Antara bandrek, aku dan kamu, mana yang lebih hangat? Tentu saja ... Apa kita harus ke Bandung lagi untuk membeli bandrek itu, agar rangkaian simpul itu melengkung lagi?  Barangkali ...

Sumeleh

Gambar
Sebenarnya kali ini saya bingung mau menulis apa. Saya sungkan jika menuliskan perspektif saya, karena belum tentu benar. Tapi memang benar itu kadang juga tidak benar-benar benar. Haha. Pun saya bingung dari mana saya harus memulai menuliskan hal yang sebenarnya juga riskan menurut saya. Riskannya bagaimana? Saya tidak tahu ini akan berfaedah jika orang lain tahu, atau malah sebaliknya. Leh, ndak jelas kan? Hahaa. Tapi yang penting, saya mencoba menuliskan beberapa hal sebagai pengingat yang mungkin nanti bisa ditanamkan pada diri anak saya, eh berarti saya memaksakan kehendak saya? Ah bukan, saya hanya akan memberi tahu anak saya jika memang saatnya. Saat dia sudah memiliki prinsip yang matang tentang kehidupan apa yang dia pilih. Loh ya, kok bicara soal anak mblo? Lawong kamu aja sekarang masih jomblo (menunjuk pada diri saya sendiri) cesss, ngenesss. Haha. Tak apalah ya, salah satu cara menghibur diri, eh. Bahasannya semakin lama semakin ngawur.   Ok, back to the topic....

Teratai

Gambar
Dan masih tersimpan bunga itu meski layu menyergap Tak perlu terlalu harum Tak perlu terlihat mewah Tak perlu menjadi bunga yang indah Pernah suatu ketika saya termangu melihat catatan buku teman saya, ia catat semua komitmen dan keinginan yang ia mulai. Lantas ia berkata, “Cal, kamu tahu kenapa aku catat?”, “karena suatu saat ketika api ini tidak lagi menyala di otak dan hatiku, aku harus membuka lembar terdepan dalam buku ini dan melanjutkan langkahku itu. Bagaimanapun caranya, aku harus bisa mengakhiri apa yang sudah aku mulai”, katanya sambil tersenyum. Adegan itu muncul ketika saya mulai membuka album foto lama saya yang menjadi saksi bisu, ceileeeh. Haha. But completely reminds me something incredible, to have a good friend inside of me . Saat itu adalah musim akhir semester perkuliahan tahun ke-2, pun tahun terakhir di organisasi himpunan. Tahun dimana terasa menyenangkan dan sekaligus berat. Tanggung jawab yang diberikan bukanlah hal yang mudah ternyata...

Teman Kecil

Gambar
Namanya Nizam, kelas 4 SD. Kami bertemu saat aku aku berkeliling salah satu program di Tulungagung. Sama seperti saat di sekolah lain, aku ingin mendekatkan diriku dengan anak-anak sekolah tempat kunjungan. Sampailah aku memperkenalkan diri kepada Nizam dan kawan-kawannya. Suatu ketika, aku mulai mengajak mereka ngobrol tentang aktivitas mereka sehari-hari di rumah. Ada yang ditinggal ibunya menjadi pekerja migran di luar negeri, ada yang orang tuanya masih lengkap di rumah dan sampailah pada Nizam. Ia bercerita bahwa ibunya sudah meninggal sejak ia kecil. Dan sekarang, ada ibu tiri yang merawatnya. Tapi yang selalu ia ingat, ibunya sayang sekali padanya. Dalam hatiku, kasihan sekali anak ini. Tapi setiap orang tentuanya tidak ingin dikasihani. Lantas aku bercerita kepadanya. “Zam, kamu tahu apa yang bisa kamu lakukan untuk ibumu?”, tanyaku. “Apa kak?,” jawabnya dengan pertanyaan pula. “Amalan yang tidak akan putus dan akan menjadi sebuah kebahagiaan untuk ibumu adala...

Lamunan

Gambar
LAMUNAN Aku diam, Tertegun, Sungai panjang dalam diriku terus mengalir hebat Seperti katanya, karena hidup ini indah, Menangis sepuas-puasnya juga indah Saat mencoba tersadar Teringat pada simpul garis lengkung diwajahnya, Nya Tak mungkin tergapai Tapi tetap indah untuk dinikmati Dan diantara beribu manusia, Kita dipertemukan dengan cara yang sederhana Sesederhana sebuah kerumitan Mengapa? Bagaimana bisa? Bagaimana mungkin?

Tanpa Judul

“IBU, jika aku bisa memilih, mana yang harus aku pilih diantara keduanya saat hujan deras begini? Menutup kaca helm ku sehingga penglihatanku tak jelas? Atau membukanya dan membiarkan tajamnya rintik hujan menusuk wajahku? Aku tak suka jika harus memilih satu diantara keadaan yang seperti ini.”           Dari atas motor ia terus berfikir dan memandang ke jalanan luas. Menusuk lelorong lengang membentuk persegi panjang oleh jajaran pohon kelapa hingga menjauh. Ini musim hujan sudah datang lagi dalam kepalanya. Dulu ia mengira cerita nenek buyutnya sebuah lelucon, tentang kedikjayaan sumpah serapah seorang ibu mampu membuat Malin Kundang berubah, terkutuk menjadi batu. Karena nenek bilang, Malin Kundang mungkin saja hanya bercanda atas pilihan yang ia pilih. Membercandai pilihan tentang kehidupan itu tidak lucu bukan? Bagaimana Malin Kundang memilih untuk tidak mengakui ibunya sedangkan ia keluar dari rahimnya? Apakah terlur yang sudah di...